Went out with everyone to
Eloprogo an arts centre on the two rivers that meet in central Java, one of the rivers is from a live volcano and the other a dead volcano the one from the dead volcano is warm water. The entrance the the artist centre founded by Sony a Javanese painter, has a large dragon creature made of pebbles. Hundreds of motorbike's were lined up in the car park. We had driven there through the thick fog in the mountains where the temperature dropped suddenly. Luckily I got a puncture on my bike outside the house so could not ride there, but Hugh and Rewi road behind us in the car.
The first building in the artist centre was a cafe run by volunteers. We were greeted with a warm welcome and introduced to everyone. We sat at a large table that looked out over the river, but I could not see the river because it was dark.
Then we walked along the edge of the cliff top where there were sculptures and stone furniture and long to a table that was laid out with ginger tea in giant teapots. Then everyone headed down the cliff that was lined with bottle flamed lights and cut out steps. I was greeted by a friendly Javanese man on the steps who talked fast and the words I made out were that he was an actor. I walked further down to see the stage was lit with lights in banana trunks on the ground. People were all mingling in the dark. I could make out Kath, who was chatting to Sony telling him I was an artist too. Then a large canvas was being carried down the cliff for Sony to Paint on during the performance he asked if I wanted one too I felt deeply honoured as I could not afford a canvas that big in the UK but also felt a bit shy to painting in public on a arrival. I said I would be fine with my drawing book and would sketch the show. I sat on the ground and the performance began. I was sitting beside the drummers but did not know till they started drumming. The performance was made up of lots of people doing different elements of the show and felt very tribal. Sony painted his canvas in two minutes in time to the drumming.
Keluar bersama setiap orang untuk Eloprogo pusat seni pada dua sungai yang bertemu di Jawa Tengah, salah satu sungai berasal dari gunung berapi yang hidup dan mati gunung berapi lainnya satu dari antara orang mati gunung berapi adalah air hangat. Pintu masuk pusat seniman yang didirikan oleh Sony seorang pelukis Jawa, memiliki makhluk naga besar yang terbuat dari batu kerikil. Ratusan sepeda motor yang berjajar di tempat parkir. Kami telah didorong sana menembus kabut tebal di pegunungan di mana suhu turun tiba-tiba. Untungnya aku mendapat tusukan pada sepeda di luar rumah sehingga tidak bisa naik sana, tapi Rewi Hugh dan jalan di belakang kami di dalam mobil.
Bangunan pertama di pusat seniman adalah sebuah kafe yang dikelola oleh sukarelawan. Kami disambut dengan sambutan yang hangat dan diperkenalkan kepada semua orang. Kami duduk di sebuah meja besar yang tampak di atas sungai, tapi aku tidak bisa melihat sungai karena gelap.
Kemudian kami berjalan di sepanjang tepi puncak tebing di mana terdapat patung-patung dan batu furnitur dan panjang ke sebuah meja yang ditata dengan jahe teh di teko raksasa. Lalu semua orang menuju ke tebing yang dilapisi dengan botol lampu dinyalakan dan memotong langkah-langkah. Saya disambut oleh pria Jawa yang ramah pada langkah-langkah yang berbicara cepat dan kata-kata yang terbuat dari itu bahwa ia adalah seorang aktor. Aku berjalan lebih jauh ke bawah untuk melihat panggung itu diterangi lampu-lampu di batang pisang di tanah. Orang-orang semua berbaur dalam gelap. Aku bisa melihat Kath, yang sedang mengobrol ke Sony mengatakan bahwa aku adalah seorang seniman juga. Kemudian kanvas besar sedang dibawa menuruni tebing untuk Sony untuk Paint pada kinerja selama ia bertanya apakah aku mau satu juga saya merasa sangat terhormat seperti aku tidak mampu membeli kanvas yang besar di Inggris tapi juga merasa agak malu untuk lukisan di public di kedatangan. Aku berkata aku akan baik-baik saja dengan buku dan akan menggambar sketsa pertunjukan. Aku duduk di tanah dan kinerja dimulai. Aku sedang duduk di samping drumer tapi tidak tahu sampai mereka mulai drum. Kinerja terdiri dari banyak orang yang melakukan unsur-unsur yang berbeda dari pertunjukan dan merasa sangat tribal. Sony kanvas dilukis-Nya dalam dua menit dalam waktu ke drum.
The audience drawn here sat in the auditorium that was seats cut into the cliff side, surrounded by trees.
Penonton ditarik di sini duduk di kursi auditorium yang memotong ke sisi tebing, dikelilingi oleh pepohonan.
This is the picture drawn across two pages of the audience and the show.
Ini adalah gambar diambil di dua halaman dari penonton dan pertunjukan.
No comments:
Post a Comment